MENGAIS HIDUP
Nampak cucuran keringat tak pupuskan asa untuk bekerja lebih dari kemampuan fisik, begitulah hidup keseharian  para buruh, Pelabuhan Paotere, Makassar (3/4), ­dengan raut wajah keriput, menandakan umur mereka sudah termakan oleh zaman, namun tekad kuat tanpa lelah selalu membara, keringat yang mengucur tanpa henti, membakar semangat untuk Mengais rezeki dari butiran butiran debu semen, yang diangkutnya berpuluh-puluh hingga ratusan banyaknya. Tak peduli dengan waktu, diabaikannya siang berubah menjadi malam, semua dilakukan untuk Sebuah Hidup, melanjutkan harapan mereka terhadap keluarga tercinta. Dibalut dengan debu semen yang menjadi wewangian paling harum, menemani tubuh mereka yang­ sudah begitu renta. Bekerja dengan upah yang begitu minimum, mengais hidup di tumpukan semen berabu, urat nadi menjadi tindikan alam,  memperlihatkan tenaga yang tak pernah henti-hentinya bekerja tanpa mempedulikan waktu entah kapan ini semua berakhir.

­­­­

Komentar

Bentrok RKUHP